hermanspace.id
Tech Enthusiast
Pengalaman Menggunakan Voice ChatGPT: Refleksi Interaksi Manusia dan Teknologi

Perkembangan AI yang sangat pesat saat ini membuat film-film sci-fi beberapa tahun lalu terasa sangat kuno dalam menggambarkan interaksi manusia dan teknologi. Bahkan film Her, yang dulunya dianggap mengada-ada, kini hampir akurat mencerminkan kemampuan AI saat ini. Namun, benarkah AI dapat benar-benar menggantikan peran manusia? Mari kita bahas.
Salah satu hal yang menarik adalah kemampuan ChatGPT dalam merespons percakapan secara alami, bahkan ketika kita menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku. Tarikan napas pun kadang terdengar ketika AI memberikan respons panjang—luar biasa! Dari sisi waktu respons, ChatGPT juga sangat mengesankan. Berbeda dengan asisten suara seperti Siri atau Google Assistant, yang walaupun memiliki integrasi dengan fitur smartphone, masih memiliki jangkauan topik pembicaraan yang terbatas. ChatGPT memberikan respons logis dan informatif pada berbagai topik, mulai dari teknologi, sains, hiburan, hingga diskusi acak lainnya.
Sebagai contoh, saat mempelajari framework Laravel, ChatGPT mampu memberikan penjelasan yang runtut dan menjadi partner belajar yang sangat efisien. Namun, meskipun AI seperti ChatGPT dapat membantu dalam tugas-tugas teknis atau bahkan merespons “curhatan”, interaksi dengannya masih terasa “hambar”. Komunikasi manusia tidak hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga menjalin koneksi emosional. Di sinilah peran manusia belum tergantikan—belum, ya.
Meski begitu, interaksi hambar juga bisa terjadi antara manusia, karena tidak semua orang bisa memahami emosi kita, bukan? 🤭
Secara keseluruhan, ChatGPT adalah alat yang luar biasa untuk mempermudah komunikasi dan produktivitas. Namun, teknologi ini seharusnya menjadi pelengkap, bukan pengganti. Kehadiran manusia dengan segala kompleksitas emosionalnya tetap menjadi inti dari komunikasi yang bermakna. Walaupun demikian, saya rasa suara “Mba Sol” cukup tepat menggambarkan isi pikiran saya dalam bentuk suara.