AI: Dari sistem pakar sampai agentic AI, jangan sampai ketinggalan kereta!

AI: Dari sistem pakar sampai agentic AI, jangan sampai ketinggalan kereta!

Perkenalan saya dengan AI dimulai saat kuliah dulu. Waktu itu, yang namanya AI masih identik dengan sistem pakar, program yang bisa memberikan saran atau keputusan berdasarkan aturan-aturan logika yang kita program sebelumnya sebelumnya. Misalnya, kalau gejalanya A dan B, maka kemungkinan penyakitnya X. Simpel, tapi terasa canggih banget di zamannya. Saya sempat mikir, “Wah, keren juga ya, komputer bisa berpikir seperti dokter.”

Lalu, makin ke sini, AI berkembang ke machine learning. Di sinilah saya mulai ngerasa keteteran. Machine learning ini udah tidak lagi mengikuti aturan tetap, tapi belajar sendiri dari data. Tapi jujur saya mulai bingung waktu ketemu rumus-rumus statistik, matrix, model prediksi yang kompleks, dan data-data yang harus dibersihin dulu sebelum diproses.

Buat yang nggak terlalu ngulik di bidang data science, rasanya kayak dikasih teka-teki logika campur matematika, tapi versi berat. Saya tetap mencoba mengikuti, tapi harus diakui saya mulai ketinggalan langkah.

Kemudian muncul deep learning. Ini versi AI yang pakai “otak” berupa jaringan saraf (neural networks) yang dalam. AI jadi bisa ngenalin wajah, suara, bahkan memahami bahasa manusia. Lebih gila lagi, AI sekarang bisa bikin konten, nulis artikel, bikin gambar, sampai video animasi. Inilah yang disebut Generative AI.

Contohnya? ChatGPT, DALL·E, Sora, dan kawan-kawan. AI nggak cuma nurut perintah, tapi juga kreatif. Bisa dibilang, AI sekarang bukan cuma jadi alat bantu, tapi juga teman kolaborasi.

Dan sekarang? Kita masuk ke era Agentic AI, AI yang bisa jalan sendiri. Dia bisa nyusun tujuan, bikin rencana, ngerjain tugas dari awal sampai selesai, tanpa perlu disuruh-suruh terus. Udah kayak punya asisten digital supercerdas.

Contoh kasarnya: kita tinggal kasih tahu, “Tolong cari peluang bisnis baru dan buatkan analisis pasar.” Dan AI bisa ngejalanin semuanya sendiri, bahkan ngasih laporan akhirnya.

Sudah Sampai Mana Kita Mengikuti?

Jujur, saya sebagai orang yang lumayan aktif di dunia teknologi aja udah merasa nyaris ketinggalan kereta. Kadang mikir, “Gimana dengan teman-teman yang nggak terlalu ngikutin teknologi, atau bahkan skeptis dengan teknologi ini?” Kalau saya aja ngos-ngosan, mereka bisa jadi belum sempat naik ke kereta.

Tapi justru di situ poin pentingnya: belum terlambat. Kita masih bisa belajar, mulai dari hal sederhana. Karena AI bukan tren sesaat, ini udah jadi bagian dari kehidupan digital kita sehari-hari, dan akan makin dalam lagi ke depannya.

Buat saya, ini bukan soal “ikut-ikutan hype”, tapi soal adaptasi. Dunia bergerak cepat, dan teknologi tidak menunggu kita siap. Tapi kabar baiknya: kita selalu bisa mulai hari ini.

Nggak harus langsung jadi ahli AI. Cukup ngerti cara pakainya, manfaatnya, dan apa dampaknya buat hidup dan kerja kita. Karena kalau tidak mulai sekarang, kapan lagi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top